Senin, 18 Maret 2013

budaya jepang

Kebudayaan Jepang

Negara Jepang adalah negara yang amat sangat kaya akan budaya dan beraneka ragam . banyak sekali budaya - budaya yang dapat kita lihat dan pelajari disana. Seperti budaya Matsuri, Origami , dan Sudoku

1. Matsuri



Matsuri berasal dari kata matsuru (祀る, matsuru? menyembah, memuja) yang berarti pemujaan terhadap Kami atau ritual yang terkait. Dalam teologi agama Shinto dikenal empat unsur dalam matsuri: penyucian (harai), persembahan, pembacaan doa (norito), dan pesta makan. Matsuri yang paling tua yang dikenal dalam mitologi Jepang adalah ritual yang dilakukan di depan Amano Iwato.
Matsuri dalam bentuk pembacaan doa masih tersisa seperti dalam bentuk Kigansai (permohonan secara individu kepada jinja atau kuil untuk didoakan dan Jichinsai (upacara sebelum pendirian bangunan atau konstruksi). Pembacaan doa yang dilakukan pendeta Shinto untuk individu atau kelompok orang di tempat yang tidak terlihat orang lain merupakan bentuk awal dari matsuri. Pada saat ini, Ise Jingū merupakan salah satu contoh kuil agama Shinto yang masih menyelenggarakan matsuri dalam bentuk pembacaan doa yang eksklusif bagi kalangan terbatas dan peserta umum tidak dibolehkan ikut serta.
Sesuai dengan perkembangan zaman, tujuan penyelenggaraan matsuri sering melenceng jauh dari maksud matsuri yang sebenarnya. Penyelenggaraan matsuri sering menjadi satu-satunya tujuan dilangsungkannya matsuri, sedangkan matsuri hanya tinggal sebagai wacana dan tanpa makna religius.

Tiga matsuri terbesar
* Gion Matsuri (Yasaka-jinja, Kyoto, bulan Juli)
* Tenjinmatsuri (Osaka Temmangu, Osaka, 24-25 Juli)
* Kanda Matsuri (Kanda Myōjin, Tokyo, bulan Mei)

sumber : http://wahw33d.blogspot.com/2010/03/kebudayaan-jepang-yang-terkenal.html#ixzz1JkMXtIit


2. Origami

Origami adalah sebuah seni lipat yang berasal dari Jepang. Bahan yang digunakan adalah kertas atau kain yang biasanya berbentuk persegi. Sebuah hasil origami merupakan suatu hasil kerja tangan yang sangat teliti dan halus pada pandangan.



Origami merupakan satu kesenian melipat kertas yang dipercayai bermula semenjak kertas mula diperkenalkan pada abad pertama di Tiongkok pada tahun 105 oleh seorang Tiongkok dikasi yang bernama Ts’ai Lun.
Pembuatan kertas dari potongan kecil tumbuhan dan kain berkualitas rendah meningkatkan produksi kertas. Contoh-contoh awal origami yang berasal daripada Republik Rakyat Tiongkok adalah tongkang Tiongkok dan kotak.
Pada abad ke-6, cara pembuatan kertas kemudian dibawa ke Spanyol oleh orang-orang Arab. Pada tahun 610 di masa pemerintahan kaisar wanita Suiko (zaman Asuka), seorang biksu Buddha bernama Donchō (Dokyo) yang berasal dari Goguryeo (semenanjung Korea) datang ke Jepang memperkenalkan cara pembuatan kertas dan tinta.
Origami pun menjadi populer di kalangan orang Jepang sampai sekarang terutama dengan kertas lokal Jepang yang disebut Washi.
Washi (和紙, Washi?) atau Wagami adalah sejenis kertas yang dibuat dengan metode tradisional di Jepang. Washi dianggap mempunyai tekstur yang indah, tipis tapi kuat dan tahan lama jika dibandingkan dengan jenis kertas lain.
Produksi washi sering tidak dapat memenuhi permintaan konsumen sehingga berharga mahal. Di Jepang, washi digunakan dalam berbagai jenis benda kerajinan dan seni seperti Origami, Shodō dan Ukiyo-e. Washi juga digunakan sebagai hiasan dalam agama Shinto, bahan pembuatan patung Buddha, bahan mebel, alas sashimi dalam kemasan, bahan perlengkapan tidur, bahan pakaian seperti kimono, serta bahan interior rumah dan pelapis pintu dorong.
Di Jepang, washi juga merupakan bahan uang kertas sehingga uang kertas yen terkenal kuat dan tidak mudah lusuh

3.Sudoku

Sudoku (数独, sūdoku?), juga dikenal sebagai Number Place atau Nanpure, adalah sejenis teka-teki logika. Tujuannya adalah untuk mengisikan angka-angka dari 1 sampai 9 ke dalam jaring-jaring 9×9 yang terdiri dari 9 kotak 3×3 tanpa ada angka yang berulang di satu baris, kolom atau kotak. Pertama kali diterbitkan di sebuah surat kabar Perancis pada 1895 dan mungkin dipengaruhi oleh matematikawan Swiss Leonhard Euler, yang membuat terkenal Latin square.



Versi modern permainan ini dimulai di Indianapolis pada 1979. Kemudian menjadi terkenal kembali di Jepang pada 1986, ketika penerbit Nikoli menemukan teka-teki ini yang diciptakan Howard Garns.
Nama “Sudoku” adalah singkatan bahasa Jepang dari “Suuji wa dokushin ni kagiru” (数字は独身に限る, “Suuji wa dokushin ni kagiru”?), artinya “angka-angkanya harus tetap tunggal”.


Dilihat dari struktur geografis jelas jepang bukan negara Kepulauan besar seperti Indonesia , di Jepang juga terdapat banyak kebudayaan dan 1 hal yang plaing patut kita contoh adalah Jepang sangat kaya dengan berbagai kebudayaan leluhurnya yang beraneka ragam. Walaupun saat ini perkembangan teknologi di Jepang terus up date dalam hitungan detik , namun sisi tradisional masih terus dilestarikan hingga sekarang ini.

budaya banyumas

Kebudayaan Sebagai Identitas Masyarakat Banyumas



Oleh: Saptono, Dosen PS Seni Karawitan
Pada prinsipnya kebudayaan Banyumas merupakan bagian tak terpisahkan dari kebudayaan Jawa, namun dikarenakan kondisi dan letek geografis yang jauh dari pusat kekuasaan keraton. Dengan demikian latar belakang kehidupan dan pandangan masyarakat Banyumas sangat dijiwai oleh semangat kerakyatan yang mengakibatkan pada berbagai sisi budaya Banyumas dapat dibedakan dari budaya Jawa (kearaton). Jiwa dan semangat kerakyatan kebudayaan Banyumas telah membawanya pada penampilan (perilaku) yang jika dilihat dari kacamata budaya keraton terkesan kasar dan rendah.
Kebudayaan Banyumas berlangsung dalam pola kesederhanaan, yang dilandasi semangat kerakyatan, cablaka (transparancy) explosure (terbuka) dan dibangun dari kehidupan masyarakat yang berpola kehidupan tradisional-agraris. Kecenderungan demikian karena disebabkan wilayah Banyumas merupakan wilayah pinggiran dari kerajaan-kerajan besar (Jogyakarta, Surakarta). Hal demikian mengakibatkan perkembangan kebudayaannya secara umum berlangsung lebih lambat dibanding dengan kebudayaan negarigung keraton.
bahasa
Bagi masyarakat Banyumas, bahasa Bayumasan merupakan bahasa ibu yang hadir sebagai sarana komunikasi sehari-hari. Hal ini seperti yang dikatakan Koentjaraningrat, orang Jawa memiliki pandangan yang sudah pasti mengenai kebudayaan Banyumas selain memiliki bentuk-bentuk organisasi sosial kuna yang khas, juga memiliki logat Banyumas yang berbeda (Koentjaraningrat, 1994:25).
Di Banyumas, bahasa Banyumasan memiliki ciri-ciri khusus. Dalam wawancara di rumahnya tanggal  Maret 2006, Yusmanto menceritakan bahwa bahasa Banyumasan dapat dibedakan dengan bahasa Jawa lumrah, antara lain: (1) berkembang secara lokal hanya di wilayah sebaran kebudayaan Banyumas, (2) memiliki karakter lugu dan terbuka, (3) tidak terdapat banyak gradasi, (4) digunakan sebagai bahasa ibu oleh sebagian besar masyarakat Banyumas, (5) mendapat pengaruh dari bahasa Jawa kuno, Jawa tengahan, dan Sunda, (6) pengucapan konsonan di akhir kata diucapkan/dibaca  dengan jelas, tidak jarang dikatakan ngapak-ngapak, (7) pengucapan vokal a, i, u, e, o dibaca dengan jelas.
Kehidupan Religi
Agama adalah merupakan unsur yang paling penting di dalam kehidupan manusia untuk membentuk jati diri sipemeluknya. Masyarakat di wilayah Kabupaten Banyumas secara mayoritas memeluk agama Islam, dan selebihnya beragama Kristen, Budha, dan Hindu. Hal ini bisa dilihat dari sarana peribadatan yang ada. Data dari kantor agama Kabupaten Banyumas tahun 2003, yang tercatat, seperti Masjid sebanyak 1.385, Musholla 302, Langgar 5.087, Gereja Katholik 11, Gereja Kristen 85, Vihara 17, dan Pura 3. Semua tempat peribadatan tersebut tersebar di 29 wilayah kecamatan, yang masing-masing kecamatan jumlahnya tidak sama.

budaya sumatra


Ada pepatah bilang dengan membaca kita bisa keliling dunia. Itu yang saya rasakan saat membaca buku ini, saya diajak untuk berkunjung ke propinsi-propinsi di sumatera, mulai dari Aceh hingga Lampung.
Buku ini memang tidak terlalu detil membahas setiap keragaman Hayati & Budaya di Sumatera tetapi setidaknya buku ini sudah mengenalkan berbagai Keragaman Hayati & Budaya yang dimilik Sumatera. Yang ternyata banyak yang saya tidak ketahui & kenal. Dari buku ini saya mengenal beragam kekayaan alam & budaya Sumatera yang sangat-sangat kaya. Saya mengenal “Katak bertanduk Tiga” dari Sumatera Utara, “Ikan Napoleon” dari Bangka Belitung yang besarnya 2 x tubuh manusia. Lalu, Jambi juga punya Batik dengan motif Indah dan menggunakan teknik celup (tie dye), dulu kala Batik Jambi merupakan idola masyarakat Eropa, sampai-sampai penduduk Jambi yaitu Suku Kubu tidak pernah mengakui kalau mereka memproduksi Batik tersebut karena tidak ingin rahasia mereka dikaetahui orang lain. Dan, ternyata di Jambi ada komplek candi terbesar di Indonesia yang bernama Candi Muaro Jambi.
See, dari buku kecil ini saya dapat pengetahuan yang besar dan tak ternilai.

budaya jawa

Terbrangusnya Budaya Jawa
 0
 
 39
image

Budaya atau kebudayaan yaitu suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa perkakas, pakaian bangunan, dan karya seni.
Kemurnian dari sebuah budaya dapat terjaga dengan eksistensi dari budaya itu sendiri. Sejak awal abad kemileniuman terhembus, kemurnian budaya - budaya lokal sedikit demi sedikit mengalami keterdegradasian. Hanya segelintir individu yang peduli akan kemurnian budaya tersebut untuk tetap eksis.
Faktor ekonomi, kesenjangan, menjadikan mereka mengubur rapat - rapat kemurnian budaya mereka sendiri. Hal tersebut merupakan 'jargon' yang sering terngiang ditelinga kita. Budaya Jawa bisa dikatakan budaya yang mengalami keterdegradasian dewasa ini. Eksistensi dari budaya Jawa kurang menuai dukungan dari masyarakat Jawa pada umumnya.
Generasi muda yang seharusnya 'menyengkuyung' hal tersebut, seakan - akan menjadi lupa, dan pada akhirnya mereka akan buta dengan jatidiri budaya mereka. Hal tersebut membuat mudah budaya luar atau yang sering kita sebut budaya 'western' untuk menginjak budaya kita. Budaya unggah - ungguh yang dulu sering di ajarkan oleh guru - guru kita, sewaktu kita masih duduk dibangku SD, kini menjadi sosok yang bisa dibilang 'ndeso' oleh kaum muda saat ini.
Idealnya, generasi muda lah yang seharusnya menjadi penerus kemajuan akan Budaya Jawa itu sendiri, bukan dengan mengubur rapat - rapat budaya tersebut. Hingga kini bisa kita hitung dengan jari, individu - individu muda yang berusaha memelihara maupun membangun Budaya Jawa tersebut. Gerilya budaya 'western' juga telah mempengaruhi perilaku manusia Jawa, orang Jawa yang dahulu dikenal lemah - lembut, andap asor, cerdas, dan harmoni, namun sekarang sudah terbalik, suka kerusuhan dan kekerasan, suka menentang harmoni.
Kebudayaan Jawa mengutamakan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian. Semua unsur kehidupan harus harmonis, saling berdampingan, intinya semua harus sesuai. Segala sesuatu yang menimbulkan ketidakcocokan harus dihindari, kalau ada hal yang dapat mengganggu keharmonisan harus cepat dibicarakan untuk dibetulkan agar dapat kembali harmonis dan cocok lagi.
Upaya menjaga harmonisasi ini rupanya yang  membuat kebanyakan orang Jawa tidak suka konflik secara terbuka. Ciri ini kalau memakai bahasa gaul 'gue banget'. Sepertinya tidak sampai hati (ora tekan) kalau ada rasa tidak puas, tidak cocok terus diteriakkan lugas ke orangnya apalagi kalau di depan orang banyak atau forum. Untuk menyelesaikan konflik rasanya lebih sreg kalau dibicarakan secara pribadi dulu ketimbang langsung dibuka di forum dan diketahui orang banyak.
Namun cara ini ada kelemahannya, karena tidak mau berbicara terbuka, orang Jawa menjadi lebih suka kasak kusuk atau menggerudel di belakang . Akibatnya, bukan mencoba mengembalikan keseimbangan atau harmonisasi malah justru memelihara ketidakharmonisan. Falsafah menjaga harmoni ini juga terlihat dari gerak tari tradisional Jawa terutama yang merupakan karya para raja Solo dan Yogya yang halus, hati - hati, luwes, penuh perhitungan, ekspresi gerak dan wajah penarinya begitu terjaga, anggun dan agung, hampir tidak ada ekspresi spontan dan meledak - ledak.

budaya solo

FROM SOLO: MANGKUNEGARAN PALACE HISTORY

Written By UNIQUE EXPLORER on Selasa, 23 November 2010 | 16.44




MONDAY March 17, 1757, Raden Mas Said and King of Surakarta Sunan Pakubuwono III signed a peace in Salatiga, Central Java. Appear as a witness, the Governor-General of the VOC Nicholas Hartingh and Patih Danuredjo, envoy of King of Yogyakarta Sultan Hamengkubuwono I.
The agreement was completed the seizure of the throne in the kingdom of Mataram by war for 16 years in the aftermath of the transition of power during the late reign Amangkurat IV so that a number of princes leave Kartasura and inter-family battle then erupted.
In Salatiga peace, defined as the Prince Said Miji, equivalent to the King, but must not have a throne, making the square, and planted the banyan tree. As a provision to start a new life, Sunan hand over an area of 4000 works, drawn from some of Surakarta.
Said stop the war, building the Palace, and use the title Princess Gusti Kanjeng Aryo Duke Hamengkoenagoro. So the founding date of March 17 made Mangkunegaran government, and also the Palace of dynasty for 250 years standing majestically on the north side of Jalan Slamet Rijadi, the highway that divides the city of Solo in two.
Gianti peace following the Treaty of Salatiga in 1775 which had divided the former kingdom of Mataram. Some called Surakarta, led Sunan PB (Pakubowono) III, the rest to Prince Mangkubumi who ascended the throne as Sultan HB (lane) I and gave the name of Yogyakarta on its territory.
The three figures in the dispute are still brothers. I Hamengkubuwono uncle Pakubowono III, while the other brother's mother Mangkunegara I Pakubowono III. As the cost of helping resolve conflicts, Mataram pay the Company the Netherlands with the north coast of Central Java, East Java, Surabaya, Pasuruan, and Madura.
Mataram territory grew smaller and even later, during the British rule in the early eighteenth century, Yogyakarta region reduced to form Pura Pakualaman. So from the former Kingdom of Mataram eventually gave birth to four government; namely Pakubowono, Hamengkubuwono, Mangku State, and Paku Alam.

Guild Sunan, the Sultan, the Company
Gianti strategic alliance agreement between Sunan birth, Sultan, and the Company at the same time oblige the newly appointed Sultan helped apprehend Said, son in law. Said replied by return Inten RA, ex-wife as she stormed into the palace of Yogyakarta.
Over the last five years, he had to fight the combined forces, of Pakubowono, Hamengkubuwono and VOC. As a generation fighting spirit, he then created a battle cry, a winged word, tiji tibeh. Or mukti mukti Siji kabeh. Its meaning, if later he had managed to achieve victory, all his followers will surely come mukti.
Through this appeal, despite being chased joint force, Said won the victory with the support of his followers. Nicholas Hartingh call die dood brengt hij zijn Onder vijnden, always spreading deadly for the enemy. Comments such as the legendary Prince Sambernyawa birth or of death.
However, despite well-known skill, spirit combat role models, and strategies lead to admiration, from outside her figure is stunning. Hartingh taunted, "Even well-built, he was short." Similar expressions Yasadipura poet, "... kapiduwung denya sanget little, like Lare kewala Dene (his body was very small, no different than a child)."



Autobiography Without It Invisibility
As an orphan (his mother died when giving birth, her father was exiled to Africa while a new two-year old Said) Said has many advantages. During 16 years of war, he still had time to instruct the manufacture of the following Gamelan dance design; Anglirmendur, Dirodhometho and Sukopratomo, based on the following motion experiences during combat. It also wrote a biography, which by TH Pigeaud entitled Babad nitik Mangkoenegaran. Once copied to the Dutch language and stored in Leiden, the book is then given the title Dagboek van KGPAA Mangkoenegoro I.
Zainuddin Fananie Restructuring Study in Javanese Culture asserted, "The term means nitik pencermatan, Scrutiny. While the Chronicle simply indicate the genre of writing. RM Said's writings is a biography today. A record of real experiences and not just a tale which is always filled with stories of supernatural ... "
Said, Surjokusumo, Sambernyawa, Prang Wedono or Mangku State I (1725-1795), received the award in 1988 Mahaputra Adipurna and is recognized as a National Hero. His figure was phenomenal. Hothead, the wife returns to the in-laws, and behead their enemies.
However, he also bequeathed ten conditions for the Knights of Mataram, "... should be pleased to learn, studying the Koran, like reading, writing clever, agile ride horses, skilled dancing, understand the meaning of song, you know the ancient Javanese language, mastering the science of war and always polite."
Story RM Said when building dynasty Mangkunegoro on Sunday (11/11) evening presented in Solo in colossal ballet titled Adeging Praja Mangkunegaran with over 300 dancers, ten horses and two elephants.
According to the Chief Executive Agus Haryo Sudarmoyo, "... our title to explore creativity in warding off the decline of traditional arts." Meanwhile Pia Alisjahbana from YPPM (Puro Mangkunegaran Observer Foundation) asserted, "... this is the most appropriate moment, to be able to come save the remnants of wealth Traditional Indonesian arts and culture. "Steps must for all Kstaria Mataram to repeat their heyday 250 years into the future.